
Bandung, Senator Abraham Liyanto menghadiri pelantikan Frans Umbu Datta sebagai Rektor Universitas Kristen Maranatha di Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 1 Maret 2025. Frans akan menjabat untuk periode 2025-2030.
Tampak hadir Walikota Bandung Muhammad Farhan, anggota DPR RI dari PDIP Junico Bisuk Partahi Siahaan atau yang akrab disapa Nico Siahaan, mantan Direktur Utama PT Inalum (Persero) yang sekaligus Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha, Ketua Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha Adri Lazuardi, Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Maxs UE Sanam dan mantan Rektor Universitas Maranatha periode 2020-2025 Sri Widiyantoro.
Abraham mengaku bangga karena putra NTT Frans Umbu berhasil menduduki jabatan tertinggi di Universitas Maranatha Bandung. Dia berharap Frans bisa membawa Universitas Maranatha lebih maju lagi, di tengah tantangan pendidikan yang begitu kompleks.
“Saya sudah lama kenal pak Umbu. Beliau lama menjadi Rektor Undana Kupang,” kata anggota Komite I DPD RI ini.
Pemilik Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang ini mengemukakan pihaknya ingin bekerjasama dengan Universitas Maranatha, terutama Fakultas Kedokteran (FK).
“FK-nya sudah berusia 60 tahun, terutama untuk kedokteran gigi dan mulut. Saya lagi mau bangun rumah sakit di Kupang. Makanya, saya pengen kerjasama dengan mereka,” ungkap Abraham.
Sebagaimana diketahui, Frans Umbu Datta lahir di Sumba Barat, 9 Februari 1960. Frans pernah menjadi Rektor Undana Kupang periode 2005 – 2013.
Sementara dalam sambutannya, Frans bertekad memperkuat budaya akademik yang unggul dan inovatif di Universitas Maranatha. Visi itu akan tercapai dengan membangun sinergitas yang kuat pada seluruh komunitas universitas.
“Keunggulan sebuah universitas tidak hanya diukur dari infrastruktur tetapi juga dari kualitas sumber daya manusia. Mari kita ciptakan lingkungan yang mendorong semangat akademik, inovasi serta integritas,” kata Frans.
Ia menjelaskan tantangan dunia pendidikan di abad 21 ini semakin kompleks. Perguruan tinggi di seluruh dunia menghadapi disrupsi yang luar biasa akibat perkembangan teknologi, perubahan sosial dan tuntutan globalisasi.
Universitas Maranatha, lanjut Frans, tidak hanya harus bertahan di tengah perubahan yang terjadi, tetapi harus menjadi pemimpin dalam inovasi dan adaptasi. Universitas Maranatha harus mampu menjawab kebutuhan dunia kerja yang terus berubah.
Dia melihat dunia terus bergerak maju dengan industrialisasi, digitalisasi dan globalisasi yang mengubah lanskap pekerjaan secara drastis. Banyak pekerjaan repetitif yang menyerap banyak tenaga kerja telah tergantikan oleh otomatisasi. Sementara pekerjaan yang tersisa bagi manusia menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi dan interaksi manusia yang kompleks.
“Kita harus memastikan lulusan kita siap menghadapi tantangan masa depan dengan keunggulan intelektual dan karakter yang kuat,” tutup Frans.