• Latest
  • Trending
  • All
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukum
  • Internasional
  • Ragam Info
Resesi dan Krisis Ekonomi. Apa Bedanya? Berikut Ulasannya

Resesi dan Krisis Ekonomi. Apa Bedanya? Berikut Ulasannya

November 5, 2020
Bangunan Liar Dibongkar, Pedagang Ditertibkan: Tri Adhianto Tinjau Langsung Pengerukan Kali Teluk Pucung

Bangunan Liar Dibongkar, Pedagang Ditertibkan: Tri Adhianto Tinjau Langsung Pengerukan Kali Teluk Pucung

Mei 23, 2025
Pemerintah Kota Bekasi Gelar Rapat Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan Tindak Lanjuti Surat KPK

Pemerintah Kota Bekasi Gelar Rapat Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan Tindak Lanjuti Surat KPK

Mei 23, 2025
ADVERTISEMENT
Polda Kepri Gagalkan Pengiriman Dua PMI Non-Prosedural ke Malaysia

Polda Kepri Gagalkan Pengiriman Dua PMI Non-Prosedural ke Malaysia

Mei 23, 2025
BPBD Kota Bekasi Bentuk Satgas Keluarga Tangguh Bencana Melalui Pelatihan Katana dan Dorong Pembentukan Kelurahan Tangguh Bencana (Kelana)

BPBD Kota Bekasi Bentuk Satgas Keluarga Tangguh Bencana Melalui Pelatihan Katana dan Dorong Pembentukan Kelurahan Tangguh Bencana (Kelana)

Mei 23, 2025
Camat Jatisampurna Tertibkan Bangunan Liar di Jalan Pertamina B Kelurahan Jatiraden

Camat Jatisampurna Tertibkan Bangunan Liar di Jalan Pertamina B Kelurahan Jatiraden

Mei 23, 2025
Pelatihan Digital Marketing Bersama Shopee:  Dorong UMKM Kota Bekasi Go Digital

Pelatihan Digital Marketing Bersama Shopee: Dorong UMKM Kota Bekasi Go Digital

Mei 23, 2025
DPR Dukung Kebijakan Pemerintah Larang Perusahaan Tahan Ijazah

DPR Dukung Kebijakan Pemerintah Larang Perusahaan Tahan Ijazah

Mei 23, 2025
Misbakhun Resmi Terpilih Jadi Ketum Depinas SOKSI 2025-2030

Misbakhun Resmi Terpilih Jadi Ketum Depinas SOKSI 2025-2030

Mei 23, 2025
Sekolah Garuda Segera Diwujudkan di Papua Barat

Sekolah Garuda Segera Diwujudkan di Papua Barat

Mei 23, 2025
Momentum Harkitnas, SP PLN bersama Forkom SP BUMN Rapatkan Barisan Kawal Asta Cita Presiden Prabowo

Momentum Harkitnas, SP PLN bersama Forkom SP BUMN Rapatkan Barisan Kawal Asta Cita Presiden Prabowo

Mei 23, 2025
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Profil
  • Metro
Jumat, Mei 23, 2025
  • Login
SatukanIndonesia.com
  • Nasional
  • Internasional
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Ragam Info
  • Daerah
  • GALERI SatukanIndonesia.com
  • Infografis
  • Metro
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Internasional
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Ragam Info
  • Daerah
  • GALERI SatukanIndonesia.com
  • Infografis
  • Metro
No Result
View All Result
SatukanIndonesia.com
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Resesi dan Krisis Ekonomi. Apa Bedanya? Berikut Ulasannya

[Ekonomi]

November 5, 2020
in Ekonomi
0
0
SHARES
73
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp
ADVERTISEMENT

Jakarta, SatukanIndonesia.com – BPS akan mengumumkan kinerja perekonomian dalam negeri kuartal III pada Kamis (5/11) pukul 11.00. Meski baru mau diumumkan, Indonesia sudah dipastikan masuk ke jurang resesi karena pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) misalnya sudah memperkirakan perekonomian Indonesia di kuartal III lalu akan tumbuh sekitar minus 3 persen.

Sementara pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan perhitungan resesi merujuk pada pertumbuhan ekonomi secara tahunan, bukan kuartalan. Artinya, menurut dia, ekonomi suatu negara yang minus dalam dua kuartal berturut-turut belum bisa disebut resesi

Merujuk pada laporan T. Eric Reich di Pressofatlanticcity.com, kontraksi ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut disebut sebagai resesi teknikal.

Selama masa pandemi sendiri hampir semua negara di dunia mengalami resesi teknikal. Bahkan, sebelum pandemi, negara seperti Hong Kong mengalami resesi teknikal karena perang dagang dan kondisi politik di negara tersebut pada 2019.

Kendati resesi, sejumlah kalangan menyebut Indonesia belum bisa disebut mengalami krisis ekonomi.

Lalu apa bedanya resesi dengan krisis ekonomi?

Vice President Economist PT Bank Permata Josua Parade menuturkan krisis ekonomi adalah keadaan yang mengacu pada penurunan kondisi ekonomi drastis yang terjadi di sebuah negara.

Penyebabnya adalah fundamental ekonomi yang rapuh antara lain tercermin dari laju inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang macet.

Hal lain yang bisa membuat suatu negara mengalami krisis ekonomi adalah beban utang luar negeri yang melimpah dan melebihi kemampuan bayar, investasi yang tidak efisien, defisit neraca pembayaran yang besar dan tidak terkontrol.

“Krisis ekonomi sendiri dipahami sebagai adanya shock pada sistem perekonomian di suatu negara yang menyebabkan adanya kontraksi pada instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga,” kata dia.

ADVERTISEMENT

Gejala krisis ekonomi biasanya, lanjut Josua, biasanya juga didahului oleh penurunan kemampuan belanja pemerintah, jumlah pengangguran melebihi 50 persen dari jumlah tenaga kerja, penurunan konsumsi atau daya beli rendah, kenaikan harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung drastis dan tajam, dan penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak terkontrol.

Selain resesi dan krisis, ada pula kondisi depresi ekonomi. Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan suatu negara disebut depresi apabila ekonominya minus selama dua tahun berturut-turut.

Indonesia bukan tak mungkin mengalami depresi jika ekonominya tak berbalik positif hingga kuartal II 2022 mendatang. Hal tersebut bisa terjadi jika pemerintah tak memiliki ancang-ancang atau skenario yang matang dalam menangani dampak pandemi virus corona di dalam negeri.

Pengendalian ini bukan hanya dari sisi ekonomi saja, tapi juga penularan virus corona itu sendiri. “Penanganan harus benar. Harus paralel penanganan virus corona dan pemulihan ekonomi,” tutur Bhima.

Apabila depresi ekonomi terjadi, dampaknya akan semakin parah ketimbang resesi. Bhima bilang resesi saja bisa membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran karena ekonomi tak bergerak.

PHK tersebut akan menambah pengangguran di suatu negara. Dengan demikian, jumlah orang miskin akan bertambah. Daya beli masyarakat pun akan semakin melemah sehingga pemerintah perlu ongkos lebih besar lagi untuk memperbaiki perekonomian.

Bisa dikatakan, situasinya akan semakin parah jika suatu negara benar-benar depresi. Jumlah pegawai yang terkena PHK dan jumlah orang miskin akan lebih melonjak dibandingkan kalau negara mengalami resesi.

“Kalau depresi akan terjadi penutupan usaha di semua sektor mulai dari UMKM sampai perusahaan besar itu bisa bangkrut. Jadi PHK massal,” jelas Bhima. (CNN/ms)

 

Komentar Facebook

Tags: EkonomiPertumbuhan EkonomiPHKResesi
ShareTweetSend

Related Posts

Tri Adhianto: Selain Berdakwah, Ulama Didorong Jadi Penggerak Ekonomi Umat

Tri Adhianto: Selain Berdakwah, Ulama Didorong Jadi Penggerak Ekonomi Umat

Mei 3, 2025
Wakil Ketua DPR Bertemu Para Ketua Serikat Pekerja, Bahas Mitigasi PHK

Wakil Ketua DPR Bertemu Para Ketua Serikat Pekerja, Bahas Mitigasi PHK

April 17, 2025

Banyu Biru Anggota Komisi VII DPR RI Tolak PHK : TVRI dan RRI di Jatim Perlu Kembangkan Layanan

Februari 18, 2025

Kepala BP Batam Optimistis Ekonomi Batam Tumbuh Lebih dari 7 Persen Tahun 2024

Januari 8, 2024

Jumlah Tenaga Honorer Membengkak, Pemerintah-DPR Pastikan Tak Ada PHK Dan Pengurangan Pendapatan

Juli 7, 2023
Load More
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Periklanan
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Redaksi
  • Karir

© 2018 SatukanIndonesia.com - Saluran Berita Pemersatu Bangsa

No Result
View All Result
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Profil
  • Metro

© 2018 SatukanIndonesia.com - Saluran Berita Pemersatu Bangsa

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?