Markas Besar (Mabes) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) buka suara mengenai peretasan data yang dilakukan oleh hacker bernama Bjorka.
Adalah Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo yang mengungkapkan hal itu. Dia menyatakan pihaknya masih menunggu dugaan dari berbagai pihak yang dirugikan sebelum menyelidiki insiden dugaan kebocoran data itu.
Sebelumnya, hacker bernama Bjorka mengunggah sejumlah dokumen yang diklaim milik Presiden Joko Widodo.
“Berisi transaksi surat tahun 2019 – 2021 serta dokumen yang dikirimkan kepada Presiden termasuk kumpulan surat yang dikirim oleh Badan Intelijen Negara yang diberi label rahasia,” tulis Bjorka di situs breached.to.
Bjorka mengklaim telah mengunggah total 679.180 dokumen berukuran 40 MB dalam kondisi terkompres. Ia juga melampirkan beberapa sampel dokumen dalam unggahan tersebut.
Di sisi lain, Menko Polhukam Mahfud MD mengakui telah terjadi kebocoran data negara dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu ia sampaikan setelah mendapatkan laporan dari pihak Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) dan hasil analisis dari Deputi VII Kemenko Polhukam.
“Soal bocornya data negara lah. Saya pastikan itu memang terjadi. Saya dapat laporannya dari BSSN dan analisis Deputi VII saya. Terjadi di sini, di sini, di sini,” ujarnya.
Mahfud mengklaim pelbagai data negara yang bocor ke publik itu bukan tergolong dokumen dengan klasifikasi rahasia. Sebab, data-data itu bisa diambil dari berbagai sumber terbuka dan kebetulan isinya sama.(***)