
MANOKWARI, satukanindonesia.com – Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari kini genap berusia 50 tahun (Golden Years). STIH dibentuk pasca referendum atau PEPERA tahun 1969. Setelah enam tahun referendum dan bergabung dengan Republik Indonesia (integrasi), STIH didirikan tahun 1975.
Ketua STIH Manokwari Filep Wamafma mengemukakan, usia tahun adalah sebuah anomali karena tidak semua perguruan tinggi di tanah Papua mampu mencapainya.
“Setelah Universitas Cenderawasih (Uncen) didirikan, STIH juga didirikan sebagai perguruan tinggi swasta di tanah Papua. Maka kampus ini memiliki sejarah dan kita biasa sebut kampus Jas Merah,” kata Filep di Manokwari, Papua Barat, Senin, 17 Februari 2025.
Ia menjelaskan STIH memiliki sejarah dalam proses reformasi 1998-1999, Otonomi Khusus (Otsus) pertama tahun 2001, melahirkan provinsi Irian Jaya Barat (IJB) hingga Otsus Jilid II. Artinya, kampus STIH tidak bisa diragukan, bahkan merupakan kampus visioner dan sejarah.
“Kita sangat bersyukur, karena kampus ini (STIH) lahir disaat Papua belum ada perguruan tinggi swasta. Hampir semua orang Papua pada masa itu, datang menuntut ilmu di kampus ini,” ujar anggota DPD RI dari Provinsi Papua Barat ini.
Menurutnya, sejak berdirinya kampus tersebut, sudah banyak alumni STIH yang bekerja di birokrasi, TNI dan Polri bahkan menjadi pengacara maupun tersebar hingga di provinsi Aceh.
“Lulusan STIH Manokwari setiap tahun, hampir 80 persen putra dan putri Papua. Jadi, kita juga punya kontribusi yang cukup dalam hal pembangunan sumber daya manusia Papua,” ungkap Filep.
Filep menjelaskan memasuki usia ke-50, STIH memiliki visi besar dengan adagium ‘ubi Societas ibi ius’. Artinya, dimana ada masyarakat disana ada hukum, “ubi societas ibi justitia”, dimana ada masyarakat, disana ada keadilan.
“Dalam kemegahan usia yang sangat matang ini, saya mempersembahkan kehadiran Program Studi Magister Hukum STIH Manokwari. Kehadiran Prodi ini telah menjawab kerinduan insan pemerhati hukum di Papua, sekaligus menjadi tanda bahwa STIH Manokwari sekarang bukan biasa-biasa saja, melainkan sudah luar biasa,” tutur Filep.